Ide tulisan ini terbesit ketika saya melihat postingan foto salah satu teman saya di instagram. Ada dua postingan foto berturut-turut. Satu foto dirinya bersama adiknya, satu lagi bersama kekasihnya. Foto tersebut diambil dan dipost dengan tag location kota dimana ia tinggal, tidak lama setelah waktu pendaratannya di kota tersebut, pada Jumat sore.
Oke, sebelumnya.
Jadi hari Jumat kemarin adalah hari terakhir kegiatan akademik di kampus saya sebelum memasuki libur akhir tahun. Dan teman saya tersebut adalah satu dari sekian teman saya yang pulang ke kota asalnya masing-masing. Teman saya ini mengambil jadwal keberangkatan pada Jumat siang, menggunakan pesawat, dengan menghabiskan waktu kira-kira satu setengah jam untuk sampai di bandar udara kota tujuannya.
Kembali ke foto tadi.
Ada satu hal yang saya tangkap dari kedua foto tersebut. Bahagia. Iya. Bahagia. Begitu besarnya ambience pada foto tersebut hingga saya-yang bukan siapa-siapa mereka pun-turut merasakan kebahagiaan yang terpancar dari senyum-senyum yang mereka perlihatkan.
Hari yang dinanti-nantikan. Hari setelah hari-hari yang berbulan-bulan. Menjadi hari yang akhirnya datang. Hari dimana pertanyaan kabar akan keadaan mereka bukan hanya terjawab tulisan kata via pesan teks. Hari dimana kata dan tawa mereka dapat terdengar jelas secara langsung bukan hanya terdengar via panggilan suara-di samping telinga-di balik telepon genggam. Itu pun bagus jika sinyal provider telepon genggam tidak membuat panggilan terputus-putus. Hari dimana lengkung senyum dan wajah berseri-seri orang-orang terkasih dan tersayang-ibu, ayah, kakak, adik, kekasih-terlihat di depan mata, bukan hanya di balik layar kaca via panggilan video. Hari dimana segala rindu yang tertahan, dapat terluapkan dengan genggam erat dan peluk hangat.
Siapa yang tidak bahagia...
Saya sendiri termasuk salah satu dari orang-orang yang menantikan datangnya hari itu. Walau kilometer jarak saya menimba ilmu dan rumah saya tidak sejauh Jakarta-Jambi, Jakarta-Pontianak, atau pun Jakarta-Qatar. Iya. Jarak saya hanya sebatas Jakarta-Bekasi. Tapi rindu saya, tidak kalah kuat dengan rindu yang mereka rasakan. Rindu yang membawa saya pulang, ke rumah.
Sabtu, 19 Desember 2015
Senin, 14 Desember 2015
Hujan
Jujur, saya bukan pengagum hujan
Saya tidak suka ketika baju dan sepatu saya menjadi basah karena hujan
Saya tidak suka ketika langit menjadi gelap karena hujan
Saya tidak suka ketika petir membuat saya ketakutan saat hujan
Saya tidak suka ketika embun menghalangi pandangan di kaca kendaraan saat perjalanan
Saya tidak suka ketika saya harus menaikkan volume televisi karena suaranya yang terkalahkan deras air hujan
Sampai suatu ketika
Teman saya menegur saya ketika saya mengatakan "Gasuka deh sama hujan"
Lalu kataNya, "Hujan itu rezeki. Harusnya disyukuri"
Dan
Entah mengapa juga
Hujan beberapa hari ini terasa berbeda
Suara deras air hujan tidak seburuk yang saya kira
Menepi sejenak dari perjalanan jika takut akan waspada bisa menjadi pilihan
Asalkan hujan tidak berpetir, saya bisa menikmati hujan dari balik jendela
Tidak selamanya hujan itu langit menjadi gelap
Basahnya baju dan sepatu, nikmati saja sejuknya
Rasanya
Saya mulai menyukai hujan :)
Saya tidak suka ketika baju dan sepatu saya menjadi basah karena hujan
Saya tidak suka ketika langit menjadi gelap karena hujan
Saya tidak suka ketika petir membuat saya ketakutan saat hujan
Saya tidak suka ketika embun menghalangi pandangan di kaca kendaraan saat perjalanan
Saya tidak suka ketika saya harus menaikkan volume televisi karena suaranya yang terkalahkan deras air hujan
Sampai suatu ketika
Teman saya menegur saya ketika saya mengatakan "Gasuka deh sama hujan"
Lalu kataNya, "Hujan itu rezeki. Harusnya disyukuri"
Dan
Entah mengapa juga
Hujan beberapa hari ini terasa berbeda
Suara deras air hujan tidak seburuk yang saya kira
Menepi sejenak dari perjalanan jika takut akan waspada bisa menjadi pilihan
Asalkan hujan tidak berpetir, saya bisa menikmati hujan dari balik jendela
Tidak selamanya hujan itu langit menjadi gelap
Basahnya baju dan sepatu, nikmati saja sejuknya
Rasanya
Saya mulai menyukai hujan :)
Langganan:
Postingan (Atom)
#Notes : Part III
Hehe. Belum sempat aku tulis part III yang seharusnya aku ceritakan sebelum-sebelumnya. Tapi, sepertinya cerita kali ini sudah seharusnya ak...
-
Kira-kira 2 hari yang lalu, secara tidak sengaja saya menemukan video satu ini di beranda youtube . Karena tertarik untuk mendengarnya, saya...
-
Di suatu senja Di penghujung hari Duduk ia sendiri Menunggu hujan yang tiada henti Malah semakin menjadi Pikirnya membawa pergi Risau...
-
Hai, malam. Kali ini, untuk ke sekian kali, boleh ya aku berbagi? Tentang aku dan ketidaktahuanku Tentang tanda tanya Yang masih be...